Kamis, 25 Februari 2016

BUNYI VOKAL,KONSONAN,DIFTONG dan KLUSTER


1.      Bunyi Vokal
Vokal adalah jenis bunyi bahasa yang ketika dihasilkan atau diproduksi, setelah arus ujar ke luar dari glotis tidak mendapat hambatan dari alat ucap, melainkan hanya diganggu oleh posisi lidah, baik vertikal maupun horisontal, dan bentuk mulut.
1.      Tinggi rendahnya posisi lidah
Berdasarkan tinggi rendahnya posisi lidah bunyi-bunyi vokal dapat dibedakan atas:
a.       Vokal tinggi atas, seperti bunyi [i] dan [u]
b.      Vokal tinggi bawah, seperti bunyi [I] dan [U]
c.       Vokal sedang atas, seperti bunyi [e] dan [o]
d.      Vokal sedang bawah, seperti bunyi [ɛ] dan [ɔ]
e.       Vokal sedang tengah, seperti bunyi [ə]
f.       Vokal rendah, seperti bunyi [a]
2.      Maju mundurnya lidah
Berdasarkan maju mundurnya lidah bunyi vokal dapat dibedakan atas :
a.       Vokal depan, seperti bunyi [i], [e], dan [a]
b.      Vokal tengah, seperti bunyi [ə]
c.       Vokal belakang, seperti bunyi [u] dan [o]
3.      Striktur
Striktur pada bunyi vokal adalah jarak antara lidah dengan langit-langit keras (palatum). Maka, berdasarkan strikturnya bunyi vokal dapat dibedakan menjadi :
a.       Vokal tertutup, yang terjadi apabila lidah diangkat setinggi mungkin mendekati langit-langit, seperti bunyi [i] dan bunyi [u]
b.      Vokal semi tertutup, yang terjadi apabila lidah diangkat dalam ketinggian sepertiga di bawah vokal tertutup, seperti bunyi [e], bunyi [ə], dan bunyi [o].
c.       Vokal semi terbuka, yang terjadi apabila lidah diangkat dalam ketinggian sepertiga di atas vokal yang paling rendah, seperti bunyi [ɛ] dan [ɔ]
d.      Vokal terbuka, yang terjadi apabila lidah berada dalam posisi serendah mungkin, seperti bunyi [a]
4.      Bentuk Mulut
Berdasarkan bentuk mulut sewaktu bunyi vokal itu diproduksi dapat dibedakan :
a.       Vokal bundar, yaitu vokal yang diucapkan dengan bentuk mulut membundar. Dalam hal ini ada yang bundar terbuka seperti bunyi [ɔ], dan yang bunda tertutup seperti bunyi [o] dan bunyi [u]
b.      Vokal tak bundar, yaitu vokal yang diucapkan dengan bentuk mulut tidak membundar, melainkan terbentang melebar, seperti bunyi [i], bunyi [e], dan bunyi [ɛ]
c.       Vokal netral, yaitu vokal yang diucapkan dengan bentuk mulut tidak bundar dan tidak melebar, seperti bunyi [a]
Berdasarkan keempat kriteria yang dibicarakan tersebut, maka nama-nama vokal dapat disebutkan sebagai berikut :
VOKAL
KRITERIA
CONTOH KATA
[i]
Vokal depan, tinggi (atas), tak bundar, tertutup.
<ini>;[i-ni], <ibu>;[i-bu], <cari>;[ca-ri], <lari>;[la-ri]
[ I ]
Vokal depan, tinggi (bawah), tak bundar, tertutup.
<pinggir>;[pIng-gIr], <adik>;[a-dI?]
[u]
Vokal belakang, tinggi (atas), bundar, tertutup.
<udara>;[u-da-ra], <utara>;[u-ta-ra]
[U]
Vokal belakang, tinggi (bawah), bundar, tertutup.
<ukur>;[u-kUr], <urus>;[u-rUs], <turun>;[tu-rUn]
[e]
Vokal depan, sedang (atas), tak bundar, semi tertutup.
<ekor> ; [e-kor]
[ɛ]
Vokal depan, sedang (bawah), tak bundar, semi terbuka.
<nenek>;[ne-nɛ?], <dendeng> ; [dɛn-dɛŋ]
[ə]
Vokal tengah, sedang, tak bundar, semi tertutup.
<elang>;[ə-laŋ], <emas>;[ə-mas]
[o]
Vokal belakang, sedang (atas), bundar, semi tertutup.
<toko>;[to-ko]
[ɔ]
Vokal belakang, sedang (bawah), bundar, semi terbuka.
<tokoh>;[to-kɔh]
[a]
Vokal belakang, rendah, netral, terbuka
<cari> ; [ca-ri]



2.      Bunyi Konsonan
Konsonan adalah bunyi bahasa yang diproduksi dengan cara, setelah arus ujar keluar dari glotis, lalu mendapat hambatan pada alat-alat ucap tertentu di dalam rongga mulut atau rongga hidung. Bunyi konsonan dapat diklasifikasikan berdasarkan (1) tempat artikulasi, (2) cara artikulasi, (3) bergetar tidaknya pita suara, dan (4) striktur.
1)      Tempat artikulasi, yaitu tempat terjadinya bunyi konsonan, atau tempat bertemunya artikulator aktif dan artikulator pasif. Tempat artikulasi disebut juga titik artikulasi. Sebagai contoh bunyi [p] terjadi pada kedua belah bibir (bibir atas dan bibir bawah), sehingga tempat artikulasinya disebut bilabial. Contoh lain bunyi [d] artikulator aktifnya adalah ujung lidah (apeks) dan artikulator pasifnya adalah gigi atas (dentum), sehingga tempat artikulasinya disebut apikodental.
2)      Cara artikulasi yaitu bagaimana tindakan atau perlakuan terhadap arus udara yang baru ke luar dari glotis dalam menghasilkan bunyi konsonan itu. Misalnya, bunyi [p] dihasilkan dengan cara mula-mula arus udara dihambat pada kedua belah bibir, lalu tiba-tiba diletupkan dengan keras. Maka bunyi [p] itu disebut bunyi hambat atau bunyi letup. Contoh lain bunyi [h] dihasilkan dengan cara arus udara digeserkan di laring (tempat artikulasinya). Maka, bunyi [h] disebut bunyi geseran atau frikatif.
3)      Bergetar tidaknya pita suara, yaitu jika pita suara dalam proses pembunyian itu turut bergetar atau tidak. Bila pita suara itu turut bergetar maka disebut bunyi bersuara. Jika pita suara tidak turut brgetar, maka bunyi itu disebut bunyi tak bersuara.
4)   Striktur, yaitu hubungan posisi antara artikulator aktif dan artikulator pasif. Umpamanya dalam memproduksi bunyi [p] hubungan artikulator aktif dan artikulator pasif, mula-mula rapat lalu secara tiba-tiba dilepas. Dalam memproduksi bunyi [w] artikulator aktif dan artikulator pasif hubungannya renggang dan melebar.
Konsonan dalam bahasa Indonesia dapat disajikan dalam bentuk bagan sebagai berikut :
B = Bersuara
TB = Tidak Bersuara

Dengan melihat tempat artikulasi, cara artikulasi dan bergetar tidaknya pita suara, maka nama-nama bunyi konsonan itu dapat disebutkan sebagai berikut :
KONSONAN
KRITERIA
CONTOH KATA
[b]
Bunyi bilabial, hambat, bersuara
< baru, abu >
[p]
Bunyi bilabial, hambat, tak bersuara
< pita, apa, tetap >
[m]
Bunyi bilabial, nasal, bersuara
< mana, lama, malam >
[w]
Bunyi bilabial, semi vokal, bersuara
< warna, waktu, awan >
[v]
Bunyi labiodental, geseran, bersuara
< veteran, devisa >
[f]
Bunyi labiodental, geseran, tak bersuara
< fajar, nafas, taraf >
[d]
Bunyi apikoalveolar, hambat, bersuara
< datang > ; [da-taŋ]
[t]
Bunyi apikoalveolar, hambat, tak bersuara
< peta > ; [pə-ta]
[n]
Bunyi apikoalveolar, nasal, bersuara
< nama, ini, saran >
[l]
Bunyi apikoalveolar, sampingan, bersuara
< lama, pula, asal >
[r]
Bunyi apikoalveolar, getar, bersuara
< segar > ; [sə-gar]
[z]
Bunyi laminoalveolar, geseran, bersuara
< lezat > ; [lə-zat]
[ñ]
Bunyi laminopalatal, nasal, bersuara
< nyaring > ; [ña-rIŋ]
[ ǰ ]
Bunyi laminopalatal, paduan, bersuara
< jurang > ; [ju-raŋ]
[č]
Bunyi laminopalatal, paduan, tak bersuara
< cara, baca >
[š]
Bunyi laminopalatal, geseran, bersuara
< syarat >
[s]
Bunyi laminopalatal, geseran, tak bersuara
< sama, nasi >
[g]
Bunyi dorsovelar, hambat, bersuara
< gaya, tiga >
[k]
Bunyi dorsovelar, hambat, tak bersuara
< kaca, saku >
[ŋ]
Bunyi dorsovelar, nasal, bersuara
< langit > ; [la-ŋIt]
[x]
Bunyi dorsovelar, geseran, bersuara
< khidmat, akhirat >
[h]
Bunyi laringal, geseran, bersuara
< hemat, bahan, indah >
[Ɂ]
Bunyi hambat, glotal, bersuara
< bak, pak, rakyat >
[ baɁ, paɁ, raɁ-yat ]

3.   Bunyi Diftong
     Diftong adalah bunyi vokal angkap yang tergolong menjadi satu suku kata. Ciri diftong ialah waktu diucakannya bunyi bahasa posisi lidah yang satu dengan yang lain saling berbeda. Perbedaan itu menyangkut tinggi rendahnya lidah, bagian lidah yang bergerak, serta strikturya (jarak lidah dengan langit-langit)
Berdasarkan perbedaanya itulah maka diftong diklasifikasikan menjadi diftong naik dan diftong turun dan diftong memusat.
  1. Diftong Naik
    Diftong naik adalah vokal yang kedua diucapkan dengan posisi lidah lebih tinggi dari yang pertama. Posisi lidah semakin menaik sehingga strikturnya semakin tertutup. Berdasarkan posisi di atas diftong naik disebut juga sebagai diftong tertutup.
    Bahasa Indonesia mempunyai tiga jenis diftong naik:
    a. Diftong naik menutup maju (al) misalnya dalam kata : pakai, lalai, nilai, sampai, pandal dll.
    b. Diftong naik menutup maju (oi) misalnya pada kata : amboi, angin sepoi-sepoi dll.
    c. Diftong naik menutup mundur (au) misalnya pada kata : saudara, saudagar, pulau, kacau, surau, dll.
  2. Diftong Turun
    Disebut diftong turun karena posisi bunyi pertama lebih tinggi dari bunyi kedua.
    Dalam bahasa Indonesia tidak ada diftong turun.
    Dalam bahaa Inggris ada dua jenis diftong turun, yaitu:
    a. Diftong turun membuka-memusat (
    ), misalnya dalam kata poor.
    b. Diftong turun membuka-memusat (
    ), misalnya dalam kata ear.
  3. Diftong memusat
    Yaitu terjadi jika vocal kedua diacu oleh sebuah atau lebih volak yang lebih tingggi, dan juga diacu oleh sebuah atau lebih vocal yang lebih rendah. Diftong jenis ini terdapat di dalam bahasa Inggris, seperti [oα]  contohnya  kata [more] yang secara fonetis diucapkan dengan [moα]
4.      Kluster
Bunyi kluster/ konsonan rangkap(dua atau lebih) merupakan bagian dari struktur fonetis atau fonotaktis yang disadari oleh penuturnya.Oleh karena itu,pengucapan pun harus sesuai dengan struktur fonetis tersebut.Sebab,kalau salah pengucapan akan berdampak pada pembedaan makna.
Kluster dalam bahasa indonesia sebagai akibat pengaruh stuktur fonetis unsur          serapan.Namun,pada umumnya kluster bahasa indonesia seputar kombinasi berikut:
1.     Jika Kluster terdiri atas dua kontoid,yang berlaku adalah:
·   kontoid pertama hanyalah sekitar [p],[b],[k]
·   kontoid kedua hanyalah sekitar [l],[r],[w]
Contoh: 
[p] pada      [pleonasme] [gr]     pada     [grafik’]
[b] pada     [gamblan]     [fr]     pada     [frustasi
[k] pada    [klinik]      [sr]     pada     [pasrah]
2.      Jika kluster terdiri atas tiga kontoid,yang berlaku adalah:
1.kontoid pertama selalu[s]
2.kontoid kedua[t] atau[p]
3.kontoid ketiga [r] atau[l]
Contoh:
[str] pada      [strategi]
[spr] pada     [sprinter]
[skr] pada      [skripsi]
[skl] pada      [sklerosis]

1 komentar: